Bagaimana Perubahan Iklim Mempengaruhi Hujan dan Banjir

Posted on

Perubahan iklim adalah tantangan besar yang kini dihadapi oleh seluruh dunia, bumi kita memang sedang tidak baik-baik saja. Salah satu dampak yang sangat nyata dengan adanya perubahan iklim ini yaitu meningkatnya intensitas dan frekuensi hujan yang ekstrem, yang berujung terjadinya banjir besar dan bencana lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak wilayah yang sebelumnya hanya terjadi hujan dengan stabil, kini mengalami perubahan yang drastis. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, namun juga pastinya pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

Mengapa perubahan iklim ini dapat terjadi ?

Secara ilmiah, perubahan iklim dapat terjadi karena terjadinya gas rumah kaca di atmosfer bumi. Gas rumah kaca terjadi akibat pencemaran udara terutama adanya CO2 (Karbondioksida) yang berasal dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, industri, dan deforestasi (penggundulan hutan). Gas-gas ini menjebak panas di atmosfer yang seharusnya terpantul keluar bumi justru tetap di atmosfer sehingga menyebabkan suhu bumi meningkat. Suhu yang semakin tinggi ini akan mempengaruhi siklus air yaitu evaporasi, kondensasi dan presipitasi.

Ketika suhu udara meningkat, kemampuan atmosfer untuk menahan uap air (kondensasi) juga meningkat. Artinya udara yang lebih hangat dapat menyimpan lebih banyak uap air yang nantinya dilepaskan dalam bentuk hujan (presipitasi) yang ekstrem. Hal inilah yang menyebabkan hujan deras dalam waktu singkat dan lebih sering daripada biasanya. Jika dalam kondisi normal, hujan deras masih dapat diserap oleh tanah dan mengalir ke sungai-sungai, namun hujan ekstrem dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat ini tidak dapat terserap semua sehingga terjadilah banjir.

Baca juga : Bagaimana Cara Menghitung Fosil ?

Bagaimana perubahan iklim memperburuk frekuensi dan intensitas banjir ?

Terutama di kota-kota besar, urbanisasi yang besar tidak terkendali menyebabkan kondisi menjadi lebih parah. Permukaan tanah yang awalnya melimpah berfungsi untuk menyerap air hujan berganti dengan beton-beton dan aspal yang tidak dapat menyerap air. Akibatnya jelas air menjadi mengalir kemana-mana, menumpuk di satu tempat kemudian mengalir dengan cepat hingga menyebabkan banyak kerusakan.

Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi sistem musim yang awalnya terprediksi waktu-waktunya, kini menjadi sulit diprediksi. Musim hujan bisa datang lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya, dan bisa berlangsung lebih lama atau juga lebih pendek. Petani tadah hujan jelas kesulitan untuk menentukan waktu tanam dan panen, akibatnya bahkan akan gagal panen dan dalam kondisi ekstrem akan menyebabkan krisis pangan.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya pendekatan multidimensi. Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim harus dilakukan. Dari sisi mitigasi, pemerintah perlu menggalakkan pengurangan emisi karbon melalui penggunaan energi terbarukan, pengolahan limbah, dan penghijauan hutan. Dari sisi adaptasi, pemerintah dapat membangun sistem peringatan dini, meningkatkan kapasitas penyimpanan air seperti embung dan waduk.

Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat juga sangat penting, menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga ekosistem sungai tetap baik sesuai fungsinya.

Pada kenyataanya, perubahan iklim bukan lagi ancaman di depan tapi sudah terjadi sekarang ini. Dampaknya terhadap hujan ekstrem dan resiko banjir besar haruslah menjadi perhatian serius oleh semua pihak. Dengan kesadaran dan langkah konkret, maka kita berharap masih bisa mengurangi dampak buruknya dan mengembalikan alam menjadi normal seperti sedia kala.

Referensi : google

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.